Metamorfosa Rohani
Diumpamakan seperti ulat yang terus bekerja memakan makanannya untuk bertumbuh, sehingga pada saatnya berubah menjadi kepompong dan akhirnya dapat terbang seperti kupu-kupu. Inilah sebuah analogi pemahan akan perubahan seorang yang mencari Tuhan, dan ingin lebih lagi mengenal, hidup dan diproses menajadi lebih lagi seperti Yesus (Jesus-like). Dalam arti manusia menjadi mengalami perubahan/metamorfosis sehingga menjadi sesuatu dalam analogi perubahan ulat menjadi kupu-kupu. Dan secara rohani Yesuslah modelnya.
Walaupun perubahan yang diterangkan dalam proses metamorfosa itu adalah bersifat fisik, namun hakekat dari perubahan itu adalah SEMUA BERUBAH, semua mengalami perubahan. Dari ulat yang lemah dan cendrung bergerak lurus, berubah menjadi kupu-kupu yang memilki kuasa untuk terbang dan juga dapat melakukan gerakan manufer di udara…ini sebagai contoh. Perubahan seperti ini tentunya bagian dari proses MENJADI ANAK TUHAN.
Menjadi Anak Tuhan, merupakan tahapan akhir dari proses metamorfosis. Dalam langkah seorang percaya tentunya seperti ulat yang terus meningkatkan energinya melalui makanan yang dimakannya demikian juga kita memakan firman TUHAN sebagai makanan rohani kita untuk menumbuhkan rohani kita. Dalam proses itu ada PEMAHAMAN, ADA PENGERTIAN dan ADA KENIKMATAN. Nikmat dalam arti rindu untuk terus belajar dan mengenal firmanNYA. Dalam hal in seperti kata alkitab BERBAHAGIALAH ORANG YANG MELAKUKAN KEHENDAKNYA, untuk itu kita berusaha memahami kehendak Tuhan dalam hidup kita, Bekerja sama dengan TUHAN dan menjadi SUBJEK dalam kehidupan rohani dengan MELAKUKAN KEHENDAKNYA.
Proses ini dikatakan dalam Roma 12: 1-3, melakukan kehendak Tuhan adalah mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Dan bekerja berdasarkan Karuni dan Iman yang ada pada kita, yang diberikan TUHAN pada kita.
Dengan demikian kita sedang diprose menjadi seorang yang LAYAK dihadapan TUHAN, untuk mendapatkan dan menjaga keKUDUSAN dan akhirnya DIMULIAKAN oleh TUHAN dan akhirnya diangakt/adopsi menjadi anak. Disanalah sebuah proses yang membuat seorang menjadi MERDEKA DIDALAM TUHAN, seperti kupu-kupu yang dapat terbang tinggi di udara bebas.
Dalam hal ini metamorfosis atau prose itu bukan saja proses fisik dan jiwa, tetapi juga secara rohani, sehingga seorang itu layak di hadapan TUHAN secara keseluuruhan didalam hidupnya.
Matius 16: 13-20, yang intinya hal siapakah Yesus, namun kita melihat dari sisi perubahan yang dialami oleh SIMON murid Yesus. Siapakah Yesus menurut Simon?
Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”* jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.*
Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.* Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”*
Dalam hal ini, bahwa Simon dalam kehidupannya besama Yesus telah membuat dia dapat mengenal Yesus adalah Tuhan. Artinya Simon telah mengalami proses pembelajaran dan dia mengeti dengan siapa dia sedang berbicara. Dalam hal ini, Simon mengalami metamorfosis rohani dan dia menjadi orang yang mengenal TUHAN SECARA ROHANI/ROH. Dalam hal ini tentunya Simon mendapat tambahan gelar sebagai BATU KARANG/Petrus, dan Tuhan didalam Yesus memberikan KEPERCAYAAN Kepada Simon. Hal ini tentunya karena proses METAMORFOSIS ROHANI SEORANG SIMON telah sempurna. Dalam kehidupannya Simon bekerja membangun persekutuan, menjadi Subjek dalam pelayanannya kepada Tuhan hingga ia harus kehilangan nyawanya demi menyampaikan kabar kemuliaan TUHAN didalam Yesus.
Terinspirasi dari Khotbah Rev. John Crocker di TICC Taiwan 21 August 2011