INDAH HARI-HARI BERSAMA TUHAN

Mungkin ini adalah suatu cara yang diberikan Tuhan kepada saya untuk menyampaikan pengalaman dalam mengenal dan menikmati Tuhan.
Saya merasakan masih banyak sekali diantara kita yang sulit mengenal Tuhan secara riil, hal ini saya rasakan ketika kita melihat/mencoba melihat Tuhan dari sudut yang berada di luar Tuhan.
Pada Tulisan saya ini saya mengajak kita melihat Tuhan dari sudut Tuhan yang adalah Roh, melalui pemahaman lebih lagi akan Prinsip Roh itu sendiri.

Thursday, December 17, 2009

Tuhan dan Adat Budaya (khususnya budaya Karo)

Tulisan ini sebagai pendapat pribadi dari diskusi dimilis GBKP yang sebagian berpendapat perlunya pemisahaan antara Adat budaya dan Gereja. Sperti yg berkembang belakangan ini mulai lagi muncul ide yang mengharamkan adat budaya bersatu dalam kegiatan kebaktian di gereja. Mulai mempermasalahkan bagaimana adat dan budaya tidak mungkin dicampurkan dengan Firman Tuhan. Untuk itu bebrapa tulisan penulis dirangkum di bawah ini. Kita harus meluaskan cara pandang kita, bahwa TUHAN TIDAK HANYA BERFIRMAN DI DALAM FIRMAN TUHAN di alkitab, Tuhan berfirman melalui alam, lingkungan, budaya dan termasuk budaya karo. Alkitab juga dipengaruhi oleh budaya dan waktu serta lingkungan pada waktunya, sehingga seperti yang dikenal dengan adanya pemahaman alkitab secara kontekstual, lalu Alkitab secara kontekstual juga menjadi bagian dari KeKaroan itu didalam GBKP khususnya.

Kalau saja Tuhan YAHWEH membuat Abraham, Musa, Daud dan orang-orang terkemuka di PL dapat mengenal kebaikan Tuhan seperti yang tertulis didalam alkitab (firman Tuhan). Maka yakinlah didalam YESUS, Tuhan yang menjadi manusia itu telah banyak lagi menciptakan manusia sejenis Abram, Musa, Daud modern (masa kini) dari produk firman akibat pengenalan manusia/kita akan Tuhan dalam Yesus. Bedanya tidak ditulis didalam alkitab. Anda dan saya bisa saja adalah orang termuka yang tidak kalah denga Musa dan Daud dll itu karena pengenalan kita akan Yesus bahkan dalam hal tertentu kita bisa lebih baik dari Abraham, Musa, Daud dan sebagainya.

Saya sarankan kita harus membuka LOGIKA ROHANI dan LOGIKA JIWA KITA. Alkitab dan isinya adalah HUMAN MANUAL, tapi kita tentunya tidak perlu memakai pakaian seperti orang-orang pada jaman Yesus, karena yang penting adalah keinginan rohaninya bukan pakaian spt Yesus. Kita tetap saja memakai pakaian dan budaya kita namun tang telah terintegrasi dengan kasih Yesus itu. Silahkan anda memakai kebaya dan sanggul serta berbatik ria, silahkan kita berpakaian adat budaya kita. Mengapa harus mencontoh orang Yahudi atau Arab berpakaian, Tuhan tidak sesempit itu, Tuhan menciptakan semua itu adalah baik.

Tidak salah kita berpakaian karo memakai adat karo, dan segala sesuatu yang berbau karo asal jangan sampai menyakiti ROH Kudus, yang penting didalam melakukan aktifitas rohani kita tidak menggunakan roh lain selain Roh Tuhan. Setiap Tahun baru kami membersihkan Kuburan Bulang dan Tudung (kakek dan nenek) kami, kami berduhap/cuci muka di atas pusaranya, apa salahnya, Kami berdoa Ya TUhan kami bersyukur karena engkau memberkati keluarga ini dari sejak leluhur kami, kami berdoa demi keselamatan roh leluhur kami semoga Tuhan berkenan kepada mereka. Setelah itu kami tabur bungga dan berduahap dan apa salahnya?


Erpangir kulau ku lau/sungai, acra besur mbesuri (7 bulanan), gunakan semua peradatan karo dan doakan didalam Tuhan Yesus. Berdoa dan bernyayi lagu rohani di pingir sungai saat berpangir itu apa salahnya. Semua itu adalah hati kita, jika sudah dipenuhi roh kudus maka kemerdekaan itu ada pada kita, tidak ada roh yang lebih besar dari roh yang ada pada hati kita yaitu Roh Tuhan.

Satu lagi Kita tidak mungkin memisahkan GEREJA dan DUNIA INI karena WAKTUNYA BELUM tiba. Dan bersyukurlah kita dilahirkan sebagai seorang karo dan segala keunikannya. Dan jagalah itu karena ternyata ini sangat jarang di dunia ini dan seharusnya kita bersyukur bahwa adat karo sedemikian rupa sdh dapat di murnikan di purifikasi ke dalam kekeristenan, seperti lagu ende-endeen/nyanyian di gereja sebagai tambahan yang merupakan salah satu hasilnya. Alkitab dan firmanya sesuai konteks, dan kita memiliki kekaroan yang adalah hasil karya yang masih terjaga (karo dan adatnya masih ada), bagi kita:

1. Kita harus memuliakan Tuhan karena kita seorang Kristen. 2. Kita harus melayani GBKP karena kita adalah manusia-gerejanya/anggota GBKP (walaupun saya pribadi aktif di TICC Tainan saat ini), bahkan menyebarkan bau Kristus dimanapun kita berada. 3. Kita harus beradat karena kita adalah suku Karo. 4. Kita harus menjadi teladan bagi keluarga karena kita adalah Suami dan bapak dari anak-anak kita. Kita hormat dan menyayangi orang tua kita. 5. Saya secara pribadi harus belajar dan belajar karena saya Dosen yang harus mentranfer ilmu kepada mahasiswa. 6. Kita harus membayar pajak karena kita mendapatkan inkam dari hasil kerja kita di negara ini. 7. Kita harus dan sebaiknya ..............bagi lingkungan, bagi kelompok organisasi danseterusnya dan seterusnya.

Mungkin ada 100 bahkan lebih, tapi yang pasti kita harus tahu siapa kita? Karena jika kita tahu siapa kita, tidak sulit untuk melakukan semua itu asal kita memiliki hati yang tulus untuk melakukannya.

Dalam khotbahnya Rev John menceritakan pengalaman seorang missionaris yang harus belajar adat budaya setempat untuk dapat diterima masyarakat lokal, dan semua itu dilakukan demi penyebaran kabar baik. Seorang missionaris ingin mengabarkan kabar baik ke sebuah pulau di kepulaian Tahiti. Dengan pakaian misionaris lengkap seperti yg dapat kita bayangkan berpakaian serba gerejani, seorang misionaris warga Inggris ini hampir saja menjadi mangsa suku lokal, yang melihat sang missionaris sebagai sesuatu yang aneh tapi menarik. Dan awalnya sang misionaris gagal untuk memberitakan kabar baik itu.

Namun setelah belajar adat budaya dan kebiasaan suku tersebut, dengan merubah penampilan seperti orang lakal tahiti, akhirnya mereka dapat menerima sang missionaris. Dan tersebarkanlah kabar baik itu di kepulauan Tahiti. Apakah Sang missionaris salah dalam melakukan itu semua? Beliau harus menjadi Tahitian untuk dapat memyampaikan kabar baik itu. Lalu mengapa kita harus alergi dengan kekaroan kita. Mungkin diperlukan sebuah perenungan, karena ternyata variabel waktu telah berjalan beratus tahun bahkan beribu, dan kita ingin membicarakan sesuatu yang hanya selebar tangan kita (umur kita), diperlukan hikmat yang dalam.

Gereja di dalam gereja

Jika kita melihatnya lebih kepada system. GBKP hanyalah satu sistem didalam sistem yang lebih besar yaitu gereja yg AM. GBKP adalah kekayaan dari Tubuh Kristus/ Gereja itu sendiri. Kalau Calvinis banyak, tapi GBKP hanya karena dia karo, itu harus kita sadari.

Jika Gereja/tubuh Kristus kita bayangkan satu tubuh/manusia, maka GBKP ini mungkin hanya satu sel hidup dari tubuh itu dan dari sell itu memiliki rangkaian protein pembawa sifat yang disebut Gen (gene). Gene karo didalam tubuh Kristus secara kesatuan adalah sebuah ciri yang harus dijaga.


Manusia ====> memiliki Gene pembawa sifat masing-masing.
Gereja ====> GBKP yang adalah gereja Tuhan dengan berbagai sifat kekaroannya.

Tuhan tidak berubah, namun kalau karo berubah tentunya menjadi karo kristen yang beradat dan berTuhan, bukan dalam arti mengeleminasi Adat Budaya tapi karena memuliakan Tuhan dan melestarikan budaya. Adat karo yg kita tahu sudah tersusun systemik, ada saatnya jadi anak beru dan ada saatnya jadi kalim bubu dst. Apa salahnya?


Kembali ke contoh kasus Karo erpangir kulau dan nyembah berhala, apakah mereka salah? Mereka pada masa yg lalu telah mengenal ternyata ada roh-roh lokal yang memiliki kekuatan yang di luar akal manusia, lalu mereka mencari jalan untuk berkontak secara rohani roh-roh, mana tahu roh itu dapat menyelesaikan persoalan kami, misalnya kekeringan pada waktu itu. Apa mereka salah.

Saya pribadi tidak berani mengatakan salah. Tapi jika alkitab mengatakan salah ya silahkan kita menunjukkan inilho TUHAN YANG MAHAKUASA (Tuhan segala roh), bukan tuhan-roh lokal. Jadi persoalannya adalah bukan salah dan benar tetapi bagaimana perubahan itu memberikan arti yang sebenarnya akan apa adanya Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi termasuk karo.

Namun paling tidak mereka sudah memulai membangun manusia-rohaninya, ini sebuah tahapan yg penting sebagai manusia.Dimana alam karo tetap terjaga keindahannya dan ke asriannya, hutan-hutannya aman dari tangan usil. Sebagai pembanding, paling tidak mereka masih menyembah pohon saja syukur, karena paling tidak, pohon itu masih berdiri tegak demi kesetimbangan lingkungan, dan urusan akhirat biarlah mereka dan Tuhan yang menjadi hakimnya.

Catatan kita, pejabat di kabupaten Karo yang membabat gunung-gunung dan hutan karo banyak menyandang pertua-diaken, gundul hutan itu dibuatnya.. Jadi apa esensi gereja dengan tingkah tidak beradap dan beradat mereka? Saya pernah membawa sebuah perusahaan bunga dr jkt 1997, ke Kacinambun, bukit gundul itu..........sedih saya melihatnya, kebijaksanaan siap ini? Saya yakin mereka ada yang pertua diaken juga di GBKP.

Jangan sampai ciri-ciri kekaroan dan adat budaya itu hilang begitu saja, GBKP akan tidak menarik lagi 20 tahun kedepan jika tidak menjaga kekaroannya. Ini prediksi saya dengan alasan; 1 GBKP kalau bukan karena Karo, pengajaranya sangat kulit dan tidak mengakar, coba baca saja buku PJJ. 2. Cendrung lambat dan tidak effektif. 3. Banyak penjaja rohani berkeliaran diluar sana.

Ciri karo misalnya, mangang-mangang, ada yg komplain mangang-manggang, berarti bukan mangang-mangangnya yg salah, namun mengapa disaat mangang-mangang tidak dilakukan kegiatan bersaksi, menari karo, dll. Kita yang kurang bijak dalam memanfaatkan kesempatan malah aktifitas yang disalahkan. Ada saatnya nanti ngumpul-ngumpul mangang-mangang tingal datang dan makan alias free pun orang mekisat/malas.

Saya sangat menentang saat seorang keluarga masuk ke gereja G... dan tidak lagi mengikuti adat budaya, tidak berpakaian adat tidak menari dan menyanyikan lagu Karo. Sejak kapan Gereja G... itu dibuat dan siapa yang membuatnya? Budaya itu adalah sebuah hasil karya, dan hasil karya itu telah menunjukkan Karo itu boleh hidup jauh sebelum agama itu ada.

by Bode Haryanto Tarigan. Tw.


No comments: