INDAH HARI-HARI BERSAMA TUHAN

Mungkin ini adalah suatu cara yang diberikan Tuhan kepada saya untuk menyampaikan pengalaman dalam mengenal dan menikmati Tuhan.
Saya merasakan masih banyak sekali diantara kita yang sulit mengenal Tuhan secara riil, hal ini saya rasakan ketika kita melihat/mencoba melihat Tuhan dari sudut yang berada di luar Tuhan.
Pada Tulisan saya ini saya mengajak kita melihat Tuhan dari sudut Tuhan yang adalah Roh, melalui pemahaman lebih lagi akan Prinsip Roh itu sendiri.

Thursday, December 18, 2008

Mukjizat Tuhan (Didalam Tuhan tidak ada yang mustahil)

Saudara didalam nama Yesus: Bode Haryanto Tarigan
UKM Bangi, Malaysia

Mukjizat adalah sesuatu hal yang hampir mustahil menurut akal manusia namun karena sesuatu kekuatan maka hal itu dapat terjadi. Membangkitkan Lazarus dari kematian adalah sesuatu yang mustahil bagi manusia namun hal itu terjadi oleh Yesus. Mukjizat Tuhan dibuatkan agar orang-orang yang percaya semakin dikuatkan.

Dimasa ini tentunya mukjizat Tuhan bekerja secara pribadi lepas pribadi kepada orang yang mengharapkannya. Mukjizat Tuhan adalah sebuah fenomena diluar akal manusia. Fenomena mukjizat Tuhan dapat terjadi disaat seseorang sudah habis akal karena seseorang telah mengangap apa yang telah ia upayakan telah mencapai titik maksimum sehingga menghasilkan sebuah kondisi yang kita sebut saja sebuah kepasrahan (bukan putus asa) dalam arti positif yaitu berjuang terus dan tak lupa berdoa.

Sebuah Mukjizat yang saya alami di sekitar oktober 2008. Ini adalah sebuah fenomena yang menurut pengalaman rohani saya merupakan sebuah mukjizat Tuhan. Sebagai pelaku, saya merasa sudah habis akal dan hanya berpasrah sepenuhnya kepada Tuhan akan hasilnya. Apalagi ini menyangkut masa depan, saya merasakan Tuhan membantu menyelamatkan umur, masa depan, karir bahkan harga diri.
Ringkas kata, kejadian ini terjadi pada saat ini dimana saya sedang mengikuti pendidikan doktor di NCKU Taiwan. Untuk mendapatkan predikat PhD candidate diwajibkan harus lulus ujian kualifikasi maksimum 6 kali ujian dalam kurun waktu 3 tahun. Jika tidak lulus maka mahasiswa tersebut secara otomatis akan ter droop out. Saya sudah mengikuti 5 kali ujian kualifikasi doktor namun tidak satupun mata kuliah pun yang lulus hingga Pebruari 2008. Kesempatan terakhir adalah ujian ke 6 dibulan September 2008. Dapatkah anda bayangkan bagaimana tekanan yang saya alami, bagaimana saya hampir putus asa menghadapi semua itu. Tekanan dari pembimbing karena telah habisnya kepercayaan beliau kepada saya. Tekanan dari lingkungan, tekanan yang seolah-olah menuduh saya bodoh dan gagal, serta dari perasaan sendiri, semua bersatu untuk menghancurkan saya saat itu.
Bagaiman saya dapat mengalahkannya serta diubahkan dan dikuatkan didalam kepasrahan menghadapi kenyataan tersebut, hingga saya berpaling dan menemukan bahwa di dalam Tuhan tidak ada yang mustahil. Bagaimana semua itu dapat menjadi kenyataan, saya dapat lulus dua matakuliah sekaligus dengan nilai yang cukup luarbiasa. Kekuatan apa yang telah membimbing saya? Mukjizat Tuhan itu adalah bagaimana mungkin dapat lulus 2 mata kuliah sekaligus sedangkan selama ini untuk lulus satu pun tidak mampu. Untuk lebih lengkap dapat di baca kesaksian di bawah ini.
Di tempat saya kuliah S3 di teknik kimia NCKU Tainan Taiwan, berlaku model pendidikan di Amerika (US). Mahasiswa S3 wajib mengikuti minimal 6 matakulaih (18 SKS), lalu harus lulus ujian kualifikasi doktor (PhD candidate) dan wajib mempublikasi minimal 2 buah tulisan ke jurnal internasional dan terakhir membuat thesis doktor. Kesempatan ujian PhD candidate adalah 6 kali dalam kurun tiga tahun pertama. Ujian ini mewajibkan lulus 2 matakuliah, bagi sebagian mahasiswa untuk lulus ujian ini tidaklah sulit namun bagi sebagaian lain adalah cukup sulit. Rata-rata student mampu meluluskan 2 matakulaih kualifikasi setelah menempuh ujian 3 hingga 4 kali.

Ujian kualifikasi doktor adalah sebuah langkah yang harus dilewati, dimana jika pada tahun ketiga seorang mahasiswa tidak dapat lulus, maka dia secara otomatis akan ter drop out dari departemen Teknik Kimia NCKU. Dalam hal ujian kualifikasi doktor hingga kesempatan kelima saya belum berhasil lulus satu matakuliah kualifikasi sama sekali. Tahun pertama focus saya terlalu banyak bagaimana untuk menyelesaikan matakuliah segera. Hal ini sangat penting saat itu karena nilai dari ujian matakuliah sangat berpengaruh terhadap bantuan dana yang disediakan NCKU yang merupakan reward dari hasil belajar kita. Selain itu, kami diwajibkan untuk melakukan eksperiment sejak semester pertama mengikuti proyek dan bidang keahlian pembimbing/advisor.

Hingga ujian ke 4 Ujian kualifikasi doktor tidak satupun yang lulus, namun satu matakuliah bernilai 86 sesunguhnya hampir lulus karena nilai kelulusan adalah 90 (dari total nilai maksimum 150). Saya mengajukan permohonan ke komite penilai, dengan harapan mereka mau meluluskan dengan membantu nilai yang saya peroleh tersebut. Namun hasilnya adalah bahwa keputusan telah final dan tidak boleh digangu gugat. Saat itu saya mulai mengerutu seola-olah mereka tidak memiliki kekurangan. Padahal di tahun 2005 kedatangan saya pertama, mereka sama sekali belum siap. Semua masih dalam kondisi serba China dan China. Jiwa saya sedikit terusik, kemungkinan lulus sudah semakin kecil dan sulit. Saya merasa sudah mempersiapkannya dan belajar dengan baik. Semua itu membuat hati ini semakin kecut bahwa disini di teknik kimia NCKU menerapkan sistem kemampaun murni.
Beberapa kawan yang memberikan nasehat mengatakan saya kurang pendekatan kepada profesor-profesor di sana. Tetapi mereka salah, karena saya tidak pernah memiliki kesulitan untuk berinteraksi dengan siapa saja. Sebagian profesor disana adalah teman saya dalam bermain tenis meja, studi tour bersama dan seminar bersama. Kami saling sapa dan berdiskusi dalam berbagai kesempatan. Tapi demikianlah kenyataanya, ini adalah sebuah pelajaran sangat berharga bagi saya, persahabatan dan keramah-tamahan tidak boleh mempengaruhi profesionalisme, idealisme dan objektifitas. Padahal apa yang saya alami dan lihat di Indonesia bahkan sekaliber PTN ternama tidak terlepas dari perkoncoan (KKN) yang kental. Mental ilmuan yang seharusnya idealis jika sampai di Indonesia banyak berubah menjadi conditional dan untuk memenuhi target politik.

Ujian ke 5, saya memperoleh nilai ujian yang lebih parah satu bernilai 66/150 dan satu lagi 57/150, semakin jauh dari nilai kelulusan 90/150. Saat itu, saya tidak mau lagi melakukan protes, saya hanya berdiam diri merenungkan nasib, serta mencari alternative yang mungkin segera saya lakukan. Saat itu saya telah berancang-ancang akan pindah ke universitas lain di Taiwan atau kembali dulu ke USU dan melanjutkannya disana. Hasil renungan itu, saya diskusikan ke advisor, saat itu advisor saya sudah menawarkan dua pilihan: 1. Mengundurkan diri sekarang. Atau 2. Tetap di sini hingga enam bulan terakhir dengan focus pada eksperimen yang akan dilanjutkan nanti di USU dan juga sekalian tetap mengambil kesempatan ke 6. Waktu itu saya memutuskan mengambil pilihan kedua dengan focus riset untuk dilanjukan di USU jika droop out.

Saya sudah melaporkan kepada orang tua di Indonesia dan istri bahwa saya sudah menyerah. Syukurnya mereka dapat menerima dengan tenang dan bahkan istri saya sama sekali tidak mempermasalahkannya. Ternyata, dalam pikiran istri saya berharap agar dapat segera mendampinginya dan membawa bersama anak-anak dari Medan ke Malaysia di tempat dia sedang menimba ilmu akutansi (DBA) saat ini. Saya sendiri juga tidak lagi mempersoalkan hal ini, kegagalan itu sepertinya sudah tinggal menunggu waktu. Walaupun ilmu saya sudah semakin bertambah namun kegagalan membawa gelar adalah kegagalan yang sesunguhnya.

Saya pernah berpikir bahwa Tuhan sungguh kejam. Saya merasa semuanya sia-sia, 3 tahun berpisah dengan keluarga, tiga tahun usia terbuang, tiga tahun karir terhambat, Tuhan sungguh kejam. Disisi lain, saya merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa, saya merasa berada di dalam sistem Tuhan selama ini. Saya tidak melakukan perbuatan perzinahan walaupun harus jauh dari istri dan sekitar saya, mahasiswa-mahasiswi melakukan aktifitas free sex. Saya tetap aktif melayani di gereja TICC walaupun hanya sebagai anggota biasa (2005-2007). Saya rajin menulis kesaksian rohani dan juga rajin merangkum khotbah di TICC dan mengirimkannya ke milis GBKP. Saya pernah berpikir saat inilah saya akan dipermalukan, lebih baik stop menulis kesaksian rohani dari pada kegagalan saya menjadi kesaksian yang negative bagi saudara-saudara di GBKP yang membacanya. Namun di dalam hati saya sesunguhnya jauh lebih takut putus hubungan dengan Tuhan daripada hanya sekedar droop out dari NCKU. Hal ini saya nyatakan pada kesempatan ini karena sudah begitu banyak tangan Tuhan menolong disepanjang hidup saya hingga saat ini.

Memulai awal semester ke-6 saya benar-benar menikmati hari-hari terakhir saya di Taiwan. Setiap hari eksperiment mempersiapkan basis penelitian yang akan dibawa ke USU. Pada saat bersamaan di awal semester itu, dilakukan pemilihan kommite di sidang jemaat gereja TICC. Mereka memilih saya sebagai salah satu anggota komite gereja, dan saya terima saja. Saya hanya berpikir, ya biarlah sekalian menambah pengalaman bergereja. Selain itu saya pernah berpikir bahwa Tuhan mungkin sedang menguji kesetiaan saya, mungkin selama ini terlalu sombong dan arogan, mungkin Tuhan marah karena saya banyak menulis mengenai MELIHAT TUHAN DARI SISI TUHAN YANG ADALAH ROH, mungkin dan mungkin.

Empat bulan terakhir sebelum musim ujian, kekuatan itu datang. jika selama ini saya berpikir ke arah yang lemah dan cendrung negatif, namun saat iti berubah ke arah yang kuat dan positif. Karena sering membahas alkitab maka kalimat DIHADAPAN TUHAN TIDAK ADA YANG MUSTAHIL selalu mengiang di telinga ini. Ahhhh biarlah habis-habisan, saya harus mencoba semaksimal mungkin, kalau harus gagal ya gagalah tapi harus tetap semangat karena di hadapan Tuhan tidak ada yang mustahil. Semagat itu datang sedemikian, dan keyakinan akan datangnya pertolongan Tuhan semakin besar. Kuasa Roh Kudus memberikan kekuatan yang sangat besar. Ada beberapa hal yang saya lakukan saat itu: 1. Belajar dengan tekun (bertanya dan berdiskusi dengan kawan-kawan taiwanis bahkan hingga mengingat rumus sambil berjoging di stadium NCKU, selain itu juga belajar online dari youtube) 2. Tetap bekerja di laboratorium (mempersiapkan basis riset) 3. Tetap melayani di TICC sebagai komite khusunya bagian bible study. 4. terus mengirim hasil khotbah dan bible study ke milis GBKP hingga 2 bulan menjelang ujian. Satu hal yang selalu saya sampaikan dan doakan Ya Tuhan, jika aku lulus atau gagal pun, aku berjanji untuk tetap melayani Mu dimanapun aku berada. Tolonglah anak Mu ya Tuhan.

Sejak itu saya selalu mengontak Bapak, mamak dan istri tercinta untuk mendoakan persiapan ini. Bapak selalu bilang Yahweh akan menolong saya, demikianlah keyakinan bapak. Mamak lebih fleksibel, lakukan yang terbaik namun kalau tidak sanggup jangan disesali. Istri selalu bilang mukjizat akan terjadi, abang tetaplah semangat belajar. Gereja TICC juga mendoakan setiap minggu dalam doa syafaat. Oh God, why is Bode here with us now. He needs You very much. Give him, Your blessing. Terkadang ingin menagis hati ini disaat pendeta dan saudar-saudari mendoakan saya, kenapa harus begini sulit Ya Tuhan, kenapa harus terjebak di dalam kondisi ini yang Tuhan, semua terserah kepada Mu ya Tuhan.

Walaupun harus melakukan semua aktifitas di atas, namun ketika belajar seperti ada yang mengajari, kepung bab ini, bom disini, sehingga seperti semua terfokus dan terarahkan. Saya merasa belajar menjadi lebih enak dan ternikmati. Salah satu pelajaran dari buku setebal 650 halaman habis terkepung. Pelajaran kedua setebal 900, halaman yang semua harus dikuasai, namun saya mengikuti hati nurani ke dalam pikiran yang menjadikan lebih mudah dan focus sehingga semuanya seperti lebih mudah. Saya memiliki keyakinan Tuhan selalu datang menolong sehingga ada perasaan pasrah dan berserah kepada Tuhan, mungkin hal itu yang membuat tekanan menjadi berkurang dan menjadi lebih focus belajar. Nothing to lose, mungkin istilah yang lebih tepat artinya dengan berserah pada Tuhan bahwa kita merasa masa depan kita terjamin, sehingga kita melakukannya dengan suka cita, selain itu saya memiliki keyakinan bahwa kalau saya harus gagal Tuhan telah mempersiapkan masa depan saya. Semuanya saya serahkan dalam Tuhan, biar Tuhan berkarya.

Hingga ujian tiba semua pelajaran telah terkuasai dengan baik. Beban mengikuti ujian semakin berkurang karena kepasrahan dan disisi lain kekuatan semakin besar karena keyakinan bahwa dihadapan Tuhan tidak ada yang mustahil itu, semakin membara dihati. Ujian yang berlangsung dua hari Kamis dan Jumat dapat dilewati dengan baik. Sepertinya kekuatan itu memberikan pengertian yang lebih saat itu. Semangat ternyata menjadi modal yang luar biasa didalam menghadapi ujian sekalibar kualifikasi doktor. Saya yakin Tuhan membantu saat itu.

Ujian biasanya diumumkan 3 minggu hingga sebulan setelah ujian. Pada bulan Oktober hasilnya pun di umumkan. Saya lulus dua matakuliah dan berhak mengunakan predikat PhD candidate. Hebatnya lagi nilai ujiannya juga tidak kalah tinggi yaitu 127/150 dan ujian kedua 99/150. Ini bukan angka yang bias bagi saya dari 66/150 pada ujian ke 5 menjadi 127/150 pada ujian saat itu (150 adalah total nilai maximum), dapatkah anda bayangkan bahwa saya telah menjawab dengan hampir sempurna. Saya mendapat 57/150 pada ujian ke 5 menjadi 99/150 pada saat itu. Betapa luar biasanya saya, kekuatan manakah yang telah membantu saya? Tidak disangka dan diduga, ternyata apa yang saya yakini telah menjadi kenyataan. Saya yakin ini adalah sebuah Mukjizat Tuhan bagi saya, yang telah mengubahkan yang selama ini tidak mungkin menjadi mungkin. Ajaib Tuhan karena didalam Tuhan tidak ada yang mustahil.

Salam dari seorang yang sedang bersuka cita,
Bode Haryanto Tarigan, ST (USU), MT (ITB), PhD candidate (NCKU).

No comments: