Sulit Menjadi Seorang Kristen: Non Religi Taiwan (7)
Ini adalah sebuah pengalaman yang merupakan fenomena dalam memperkenalkan TUHAN bagi mereka disini. Seorang teman dari Vietnam yang selama ini telah mulai bergereja di Taiwan, disaat dia mengambil program BA Tech. dan MBA di sini (total 7 tahun). Ia mengatakan sulit untuk menjadi Kristen karena dinegaranya setelah ia kembali akan hampir tidak mungkin mendapatkan posisi sebagai pegawai negara (PNS) bila memiliki kepercayaan. Saat ini tentu kita mengetahui bahwa di Vietnam adalah berlaku sistem Komunis, sehingga setiap orang yang ingin menjadi pemimpin/bekerja untuk negara harus menangalkan atribut keagamaannya dan menjadi KOMUNIS. Dia mengatakan, saya percaya Tuhan tetapi apakah ini akan menjamin hidup saya?
Saat itu dia ingin sekali untuk dapat bekerja di Taiwan dan tetap bergereja disini. Namum dia tidak mendapatkan pekerjaan sehingga harus kembali kekampung halamannya……Inilah rekaman pembicaraan kami terakhir melalui facebook.
Demikianlah tantangan yang harus dihadapi seorang teman yang ingin menjadi pengikut Yesus, namun dia sudah sedemikian rupa dalam mengenal Tuhan dan dalam percakapan diatas jelas dia menutup dan menyatakan dengan tegas bahwa DIA PERCAYA PADA TUHAN. Di gambar di atas, itulah pemjelasan penulis un tuk pertanyaan pada paragraf pertama dari pertanyaan sdr Thom dari Vietnam.
Masalah lainnya adalah menjadi Kristen di sini mungkin akan mendapat kesulitan untuk medapatkan Jodoh, bayangkan saja seorang wanita Kristen atau seorang lelaki Kristen maka mereka akan mencari JODOH yang seiman, karena demikianlah yang seharusnya. Ada saudari yang telah tinggal digereja namun belakangan meninggalkan gereja karena dia memilih mendapatkan pasangan yang tidak Kristen. Disisi lain dari yang nampak pada gambar-gambar di gereja, ada beberapa wanita yang MENJADI SINGLE karena tidak pernah memilki jodoh atau tidak menikah. Mengapa? Disanalah sebuah resiko yang mungkin terjadi. Untuk mendapatkan pasangan yang sepadan dalam arti seiman bukanlah sesuatu yang mudah karena sunguh populasi yang telah menjadi kristen cukup kecil.
Menurut pengalaman penulis, kalau kita menanyakan langsung kepada orang Taiwan apakah kepercayaan mu? Kebanyakan mereka menjawab seperti orang EROPA, No religion, I believe in God but have no religion. Jawaban seperti ini cukup sering penulis temukan. Apakah karena mungkin mengangap agama hanyalah sebuah KEBUDAYAAN? Bisa saja. Tetapi banyak juga yang menjawab apalagi orang muda, My GOD is Knowledge = Tuhan saya adalah Ilmu pengetahuan. Namun tidak jarang yang menjawab ITU TIDAK PENTING. Walaupun tentunya ada yang menjawab agama, I am Buddha but only once a year visiting temple. Yah demikianlah ternyata di Taiwan ini begitu banyak orang yang tidak lagi mengangap bertuhan adalah sebuah bagian dari HIDUP.
Disisi lain ada yang menikah dengan keyakinan lain/agama traditional namun dia tetap datang kegereja. Kita selalu bersama mengikuti kebaktian walaupun terkadang dia tidak begitu rajin namun jika ada kesempatan dia hadir di gereja. Kita melakukan perayaan NATAL dirumahnya, namun karena suaminya memilki agama traditional sehingga mereka di rumah memiliki perlengkapan tempat pemujaan seperti kebanyakan masyarakat di Taiwan. Namun semua kita anggap biasa dan wajar saja kecuali sesunguhnya secara pribadi anggota gereja yang memiliki suami yang tidak seiman itulah yang memiliki masalahnya sendiri. Ini adalah fenomena yang terjadi di Taiwan. Menikah dengan suami yg tidak seiman dan menjalankan ritual masing-masing.
Dalam hal ini, masalah pekerjaan/ekonomi (dalam hal ini seorang teman Vt yang negaranya adalah KOMUNIS), masalah pasangan hidup, masalah percampuran budaya dan sebagainya menjadi bagian dari kesulitan disini. Namun misteri TUHAN tetap harus berjalan dimanapun kita berada, biarlah setiap orang membawa misteri hidupnya didalam TUHAN, walaupun itu terasa sangat atau cukup menyakitkan…percayalah bahwa di dalam TUHAN semua akan INDAH PADA WAKTUNYA…………….amen.