Minggu Hak Asasi Manusia, manusia adalah ciptaan yang mulia dan manusia adalah sama dihadapan Allah. (1 Korintus 7: 17-24) Ketika manusia manusia dipangil Tuhan adalah milik Tuhan adalah hamba Tuhan.
Ada bagian yang sudah melekat didalam Identitas setiap pribadi kita. Itu adalah bagian dalam hidup setiap pribadi sedari awal diciptakan Tuhan untuk kita, misalnya, lahir sebagai seorang laki laki, sebagai suku Karo Warga Indonesia. Dan tentunya itu menjadi Fakta Identitas pribadi kita sebagai manusia ciptaan TUHAN. Kita adalah bagian dari ciptaan Tuhan dari manusia manusia lainnya di dunia, apakah orang Inggris, Korea, Afrika dan lainnya tetapi tetap melekat sebgai identitas diri kita sesuai apa yg ada seorang lelaki, berdarah suku Karo, warga negara Indonesia. Hal ini mengingatkan kita disaat apa yang dilakukan Rasul Paulus dalam menghadapi logika perbedaan yang terjadi di Korintus, mereka yang sudah menerima Yesus sudah dipanggil menjadi hamba hamba Tuhan yang percaya kepada Yesus namun antara mereka kaum Yahudi dan non Yahudi memilki perbedaan yang mereka bawa sebagai identitas mereka yaitu ada dimana Yahudi yang BERSUNAT dan non Yahudi yg tidak BERSUNAT.
Latar belakang, suku, turunan, gender dan ekonomi, menjadi masalah dalam pengalaman hidup kita di dunia ini contoh yang pernah terjadi adanya masalah Nazi yang ingin melenyapkan bangsa Yahudi, seperti adanya kaum Pribumi dan non pribumi, mayoritas dan minoritas dan lainnya. Dalam hal ini tentunya ada hal yang tidak benar dalam memahami perbedaan yang tentunya memberikan hal yang negatif.
Dalam hal yang terjadi di Korintus dimana hal berusunat dan tidak bersunat antara kaum Yahudi dan non Yahudi, bahwa dalam logika bangsa Yahudi tidak sempurna jika tidak bersunat namun dalam bangsa Yunani dan Romawi sunat adalah sebuah pelecehan, sehingga perbedaan identitas ini menjadi hal yang menyulitkan dimana gereja sedang berkembang saat itu. Untuk itu Rasul Paulus menekankan hal menghargai siapa dirinya dan identitasnya masing masing seperti apa dia dipangil menjadi orang percaya anak anak Tuhan. Paulus menekankan hal hubungan Yahudi dan Non Yahudi tidak perlu dibesar besarkan namun tetap menjadi siapa anda apa adanya. Karena ketika kita memaksakan orang lain menjadi spt diri kita sebenarnya kita sedang memancing hal untuk konflik, bertikai dan pecah. Hal ini menjadikan prinsip agar masing masing menjadi diri kita sebenarnya yang bersunat tetap sunat dan yang tidak bersunat adalah bagian dari bagian dari identitas kita untuk tetap menjadi diri sendiri.
Hal ini penting karena terkait denganhak asasi manusia, bahwa kita harus menghargai manusia dalam bagian identitasnya. Karena semua itu adalah bagian dalam rancangan TUHAN dalam hidup kita. Maka kita harus menghargai perbendaan yang ada dalam hidup kita. Hal akan sunat menjadi masalah disana saat itu namun kita belajar dari bagaimana Rasul Paulus memberikan pengajaran yg mengajarkan bahwa kita Bersyukur siapa dan apa yg menjadi dan siapa kita karena itu adalah apa yg diberikan Tuhan kepada kita, baik yg BERSUNAT dan tidak bersunat adalah identitas kita menjadi bagian perbedaan dalam hidup kita yang harus kita hargai. Demikianlah kita dalam hidup kita dari apa yang kita punya dan identitas kita saat ini kita tunjukkan saja apa adanya dan semua kita lakukan demi kebaikan sehingga apa yang kita tunjukkan dari berkat Tuhan didalam hidup kita bukan sebagai perbedaan namun sebagi berkat TUHAN bagi setiap orang.
Paulus nenekankan yang terpenting adalah menjalankan hukum hukum Tuhan. Hidup didalam hukum TUHAN menjadikan kualitas dalam kehidupan kita bukan sekedar luaran spt sunat dan tidak bersunat, kesukuan dan kebanggan pribadi/partikular. Jadi yang harus kita pelajari untuk tidak sombong karena perbedaan luaran, hal kaum yahudi untuk mensuperiorkan dirinya, namun hal itu bagian pribadi yang sekedar luaran dan demi kepentingan dalam kelompok namun tidak boleh dipaksakan kepada yang lain. Demikian yang terpenting adalah hidup dalam berkat Tuhan bagi setiap pribadi/suku dalam menikmati berkat Allah dalam hidup kita, dan juga membawa berkat bagi orang lain dalam nama TUHAN.
Spt dalam kitab Imamat untuk mengembalikan harga diri setiap manusia, untuk mengembalikan manusia dalam kehidupan hak hak manusia dalam menghargai kehidupan kita sebagai manusia dan menghargai kehidupan yang lain. Allah mengingatkan agar penindasan tidak terjadi lagi ditengah tengah kehidupan manusia (Imamat 25: 39-55). Karena manusia adalah ciptaan manusia yang sempurna sesuai dengan rencana ALLAH (Kej. 1:27).
Dalam Hal ini kita dengan Iman, dalam pengajaran teologia dan hidup didalam gereja untuk mengembalikan hak hak asasi manusia, untuk menghargai keberadaan diri sendiri untuk mencintai karunia Tuhan kepada kita sekalian. Kembali agar setia dan taat untuk menunjukkan kasih karunia TUHAN yang menjadikan kita hidup saling menghargai dan menyebarkan buah buah Roh kasih dan suka cita didalam TUHAN sebagai orang percaya anak anak Tuhan. Amen.
Terinspirasi dari khotbah online di GBKP Runggun Simpang Marindal Medan GB
No comments:
Post a Comment