Kasih dan Persaudaraan Melebihi Agama (TICC Church Taiwan)
Kata Wasalam Walaikum itu sering terdengar ketika Rev. Probudan Hira dari Banglades menyampaikan syalom kepada setiap orang yang ada di gereja TICC, dan disambut Walaikum Salam, oleh Rev. Augustine. PhD dari Africa. Rev Hira dari Banglades ini sedang mengambil S2, di Tainan seminari. Tentu kita tahu bahwa Banglades adalah negara mayoritas Islam, namun persaudaraan di rantau membuat agama menjadi tidak menjadi pembatas yg signifikan lagi. (Rev. =Pdt.).Penulis mengenalkan Rev. Hira dengan teman sekamar satu angkatansaya bernama Qadir dari Banglades, yang baru saja meraih gelar PhD dalam bidang Ocean Eng. daru NCKU yang adlah seorang Muslim. Dan tentunya Qadir juga memilki sejumlah kawan Muslim dari Banglades yang sekolah di NCKU. Persaudaraan sesama dirantau itu melebihi AGAMA, mereka senantiasa berkontak dan saling berkomunikasi. Satu hal persahabatan itu membantu kita mengenal dunia yang lebih luas karena kita dapat belajar dari sahabat kita yang memilki pengalaman yang belum tentu kita milki.
Satu hal dari persahabatan ini membawa Qadir dan teman-teman Banglades dapat bersilaturahmi bersama didalam gereja. Hal ini akan menjadi unik dan juga menjadi pembelajaran bagi kita semua khususnya di Indonesia yang sangat sensitif dengan hal-hal keyakinan, padahal TUHAN adalah maha KASIH dan DAMAI. Gambar kiri atas adalah disaat acara setelah service di TICC, bersamadengan saudara dari Banglades menikmati fellowahip dinner.
Dalam hati penulis apa sesunguhnya permasalahan di INDONESIA? Dari banyak kenyataan bahwa masih terjadi kasus seperti Gereja YASMIN Bogor, apakah KASIH yang kita kenal bukanlah kasih yang melampaui AKAL? Mengapa urusan-urusan yang sesunguhnya sederhana dan dapat diterima AKAL sekalipun membuat kita menjadi BODOH dan menjadi pembicaraan orang-orang yang heran dengan perlakuan terhadap sesama. Apalagi Yasmin sudah memilki izin dari pemerintah, bukankah ini akan menjadi KUTUK bagi Indoneisa secara umum, jika Tuhan tidak lagi dihormati dalam kasus ini.
Penulis berkesimpulan FAKTOR PENDIDIKAN mungkin menjadikan bangsa ini BODOH, karena pendidikan yang relatif rendah membuat orang memiliki pemikiran yang sempit dan PICIK. Pendidikan yang LUAS membuat seorang memilki VARIABEL yang lebih banyak untuk mengambil keputusan yang negatif dan seharusnya agama menjadikan seorang menjadi BIJAKSANA/Wisdom, namun mengapa manusia Indonesia banyak yang mengaku berTUHAN/ BERAGAMA malah tidak memilki HIKMAT dan KEBIJAKSANAAN, kesalahan ini pasti bersumber dari PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN. TUHAN TIDAK PERNAH SALAH MAKA KESALAHAN ITU PASTI BERSUMBER DARI MANUSIA ITU SENDIRI.
Dalam banyak hal, kita dapat belajar dari kenyataan yang ada diluar seperti kejadian di Taiwan TICC ini, bahwa persaudaraan dan kasih TUHAN itu seharusnya melebihi AGAMA, sehingga manusia tidak mengorbankan TUHAN demi kepentingan pribadi atas nama persatuan kelompok apalagi agama.
No comments:
Post a Comment