Kalau kita sdh mengenal rencana TUHAN dengan benar didalam
hidup kita pasti kita akan bersyukur bahwa kita seorang manusia yang dilahirkan didalam budaya lokal kita. Bersyukur bahwa kita memilki
budaya yang baik yang membangun kekerabatan yang jauh sebelum mengenal apa itu
Kekeristenan.
Tetapi dalam sisi ROHANI, apakah pengajaran dan pemahaman kita Alkitab sudah memenuhi kebutuhan ROHANI secara STANDAR dalam PEMAHAMAN kita dan TUHAN dan rencananya dalam hidup kita, sehingga kita dapat menerima hal itu/ budaya kita yang telah ada jauh sebelum mengenal kekeristenan?
Penulis secara pribadi semakin mengenalNYA dalam hidup ini malah seharusnya kita semakin mencintai budaya kita. Misalnya saja sebagai suku KARO sambil nari karo sambil menyembah, menyanyi dan menyeru nama TUHAN......apa salahnya? Dalam posisi kita mengenal TUHAN maka jika ada sebuah pertemuan adat pun kita dapat menyampaikan hal TUHAN kepada seluruh keluarga kita/sangkep geluh kita.
Tetapi dalam sisi ROHANI, apakah pengajaran dan pemahaman kita Alkitab sudah memenuhi kebutuhan ROHANI secara STANDAR dalam PEMAHAMAN kita dan TUHAN dan rencananya dalam hidup kita, sehingga kita dapat menerima hal itu/ budaya kita yang telah ada jauh sebelum mengenal kekeristenan?
Penulis secara pribadi semakin mengenalNYA dalam hidup ini malah seharusnya kita semakin mencintai budaya kita. Misalnya saja sebagai suku KARO sambil nari karo sambil menyembah, menyanyi dan menyeru nama TUHAN......apa salahnya? Dalam posisi kita mengenal TUHAN maka jika ada sebuah pertemuan adat pun kita dapat menyampaikan hal TUHAN kepada seluruh keluarga kita/sangkep geluh kita.
Namun ada upaya untuk melihat budaya lokal masuk dalam kehidupan rohani dengan alasan bahwa bukan hanya israel saja yang memilki budaya lokal, dalam konteks Ibrani Kuno dan masa Yesus. Kita juga dapat melihat budaya kita saat ini sebagai kreasi dari penciptaan TUHAN terhadap kehidupan sosial budaya ini. Untuk mencari arti IMAGE of GOD dalam kehidupan sosial budaya masing-masing kelompok dalam upaya melihat TUHAN diluar ALKITAB.
Padahal menurut pemahaman Alkitab dan yang penulis fahami bahwa Image of God itu adalah cuma satu kata yaitu HUMAN-SPIRIT/ROH MANUSIA, dan seharusnya itu
sama bagi setiap manusia yang membangun imannya didalam YESUS, Roh Allah dan Roh Yesus dan roh manusia adalah mewakili image of God dan harusnya semua sama karena berasal dari ALLAH SENDIRI yaitu dari SORGA.
Tetapi pengaruh jiwa/soul itu yang menghasilkan logika,
emosional, kebiasaan dan kemudian menjadi budaya. Namun jika Roh-nya sdh
sama maka jiwa akan dibawah kendali Roh yang sama, sehingga ekspresinya (jiwa)
itu termasuk budaya menuju ke arah yang sama secara rohani.
Kita seharusnya waspada jika konteks itu diluar dari roh yang sama dan hanya demi melihat aktifitas budaya agar melihat GOD image dalam kelompok tertentu malah bisa terjadi error
Kita seharusnya waspada jika konteks itu diluar dari roh yang sama dan hanya demi melihat aktifitas budaya agar melihat GOD image dalam kelompok tertentu malah bisa terjadi error
Mengapa tidak hanya Alkitab sebagai referensi? Apakah di dalam variabel ruang dan waktu dan segala kondisi
yang ada di dalam pengalaman Alkitab belum cukup menjadikan orang mengenal dirinya dan
budayanya? Yang menjadi masalah mungkin kita masih belum melihat, menikmati dan mengenal akitab dengan benar sehingga
kita melihat ada sesuatu yang perlu ditambahkan secara kontektual dari berbagai
kehidupan. Apa tidak lebih baik MENANAMKAN YANG SUDAH ADA/Alkitab dan
kemudian membiarkan itu mempengaruhi yang telah ada dalam arti
budaya yang secara otomatis terkoreksi? Kita dapat mengatakan bahwa Alkitab bukan gambaran final tentang ALLAH
tetapi apakah manusia memilki kemampuan untuk melihat ALLAH lebih lagi selain
alkitab sepertinya tidak, namun malah yang terjadi adalah Error dan membuat
perkembangan semakin lambat.
Dalam kitab Pengkotbah 3 mengatakan bahwa manusia yang tidak mengenal TUHAN adalah sama seperti binatang. Banyak manusia yang tidak mengenal ALLAH mengembangkan KEBIASAANYA
menjadi budaya melulu dengan logika dengan input=output = knowledge,
manusia-manusia yang hidup dengan TUBUH DAN JIWA TANPA ROH, kita asumsikan
mereka bekerja karena mereka hidup dan bukan karena campur tangan
TUHAN. Lalu pada masanya masuklah pengaruh TUHAN dari hasil budaya manusia
yg pada awalnya tidak mengenal TUHAN itu. Bagaimana kita melihat
produk seperti ini sebagai campur tangan TUHAN? Jika kita menemukanlah dalam
riset kita benda-benda untuk pemujaan kepada roh-roh lain seperti orang Hindu
misalnya apakah produk budaya ini dapat mengangap itu bagian dari
"ikut campur tangan TUHAN"? Walaupun bisa saja dalam proses mereka mencari
'Tuhan" tetapi mereka bisa saja gagal dalam pencariannya tetapi
sesunguhnya mereka telah mengunakan roh mereka untuk berkontak dengan roh-roh
lain. Apakah ini termasuk budaya atau agama lokal yang merupakan "ikut
campur tangan TUHAN"?
Jika kita hanya berpegang kepada Alkitab, jelas dikatakan berkali kali dalam kitab Pengkotbah hal orang yang
tidak mengenal ALLAH seperti menjaring angin dan juga dua kali dikatakan hal manusia adalah
binatang dalam artinya semua upaya dan usaha manusia adalah penuh dengan kesia-siaan kecuali mereka melakukannya
di dalam ALLAH, budaya dan produk diluar ALLAH sesunguhnya adalah kesia-siaan. ...bersambung.
No comments:
Post a Comment