INDAH HARI-HARI BERSAMA TUHAN

Mungkin ini adalah suatu cara yang diberikan Tuhan kepada saya untuk menyampaikan pengalaman dalam mengenal dan menikmati Tuhan.
Saya merasakan masih banyak sekali diantara kita yang sulit mengenal Tuhan secara riil, hal ini saya rasakan ketika kita melihat/mencoba melihat Tuhan dari sudut yang berada di luar Tuhan.
Pada Tulisan saya ini saya mengajak kita melihat Tuhan dari sudut Tuhan yang adalah Roh, melalui pemahaman lebih lagi akan Prinsip Roh itu sendiri.

Thursday, November 15, 2012

Logika Kontekstual Budaya Lokal Vs. Prinsip Rohani ...sambungan


Logika Alkitab mengatakan Allah adalah ROH dan manusia terdiri dari roh, jiwa dan tubuh. Perpotongan ALLAH dengan manusia adalah di ROH-roh nya itu spt kata alkitab menyembah dengan roh dan kebenaran, roh manusia adalah pelita TUHAN

Secara global manusia memiliki roh tetapi ada yang hidupkan untuk berkontak, menyembah TUHAN didalam Yesus dan ada juga tuhan-tuhan lain. Dari sisi ini bagaimana kita dapat mengatakan bahwa budaya yang dikenal dengan hidup dalam roh-roh lain atau sama sekali tanpa roh merupakan IMAGE of God jika disana mereka melulu menggunakan logika atau iman yang lain dalam membangun peradapannya. Roh yang hanya Roh yang kita kenal di dalam Yesus dan oleh kuasa Rohkudus adalah yang menjadi bagian pekerjaan ALLAH didalam manusia yang hidup didalam Roh-roh baca Roh TUHAN dan roh manusia, diluar itu bukan sesunguhnya itu pekerjaan TUHAN, kecuali karena fungsi khusus seperti Allah mengunakan Bileam, Firaun dan sebagainya. Itu adalah melulu bagian dari pencarian manusia, bagian dari logika JIWA dan KEHENDAK BEBAS (FREE WILL) dan itulah mengapa ALKITAB seharusnya menjadi satu-satunya referensi dalam mengenal ALLAH-ANAK-Roh kudus dan KARYANYA didalam ROH.

Kalau kita membawa roh-roh lain atau budaya hasil dari logika jiwa lain maka semua itu akan rentan terhadap penyimpangan rohani. Jangan memasukkan kekudusan ciptaan manusia kedalam kekudusan Tuhan yang adalah kudus3x. Tetapi bukan berarti kita tidak dapat mengkaji seni dan budaya, kita mencintai seni dan budaya leluhur kita, karena itu hasil JIWA_JIWA mereka dalam mencari "TUHAN", mencari kedamaian dan sebagainya.

Tentunya orang percaya yang masuk dalam kelompok yang meyakini hanya Alkitab sebagai sumber kebenaran satu-satunya SECARA ROHANI agak merasa kawatir dalam perkembangan ini. Jika adagereja yang berani mengatakan alkitab hanya salah satu sumber mengenal TUHAN.sementara ada kelompok gereja lain spt LSM yang berpusat di California terus menlakukan kajian dan dipublikasikannya dalam buku-buku bahkan menkerucut dari Alkitab hingga menjadi ALL INCLUSIVE CHRIST. Ada juga kajian dari dalam Alkitab yang  melakukan pendekatan Alkitab dengan mempelajari bagaimana Allah bekerja secara EKONOMI ALLAH sdh ada bukunya dan semua mengkerucut kedalam Alkitab Untuk itu sekali lagi jangan mencampurkan kekudusan manusia dari budaya yang ada dengan kekudusan ALLAH 3x yang ada di dalam Alkitab. Maka hasilnya akan menjadi lebih rendah dalam arti dimensi rohani dalam alkitab menjadi turun menjadi sekedar dimensi moral, karena budaya itu adalah hasil logika sebatas level moral tidak sampai level rohani.

Sebagai bukti kesulitan dalam  menerapkan budaya kontekstual lokal adalah hal pengujiannya. Bagaimana kita menguji/examine sebuah produk, seni dan budaya dan sebagainya itu adalah dalam ekspresi manusia mencari hadirat ALLAH. Tentunya itu harus kembali ke alkitab, tetapi jika sedar awal sebuah gereja sudah meyakini bahwa alkitb bukan satu-satunya sumber dalam melihat memahami ALLAH maka yang muncul adalah LOGIKA MANUSIA bukan rohani. Ada beberapa hal mendasar kalau kita berpijak kepada ALKITAB. yaitu:
1. Melihat hal Kasih yang ada didalamnya karena segala perbuatan yang menuju kepada KAsih disana ada TUHAN.
2. Iman yang menjadi sumbernya adalah ALLAH sendiri, disini mulai tidak ada tolerasi dan 
3. Adalah pengharapan Sorga disana sdh mutlak menjadi milik ALLAh

pertanyaannya apakah seni dan budaya dsbginya itu dapat masuk dalam ketiga unsur penguji itu?

Salah satu contoh resiko dalam mengaobsi kata DIBATA selain nama YAHWEH, maka jika itu bersifat identitas ALLAH yang di adopsi tidak masalah tetapi yang pasti kata DIBATA itu TIDAK SAMA OKNUMNYA dengan kata dibata yang disembah sebelum mereka/orang Karo mengenal Kekeristenan dan jika itu adalah masih yang sama maka disana pasti terjadi error dari arah penyembahannya. Contoh Suku Karo dalam memangil TUHAN memakai beberapa kata termasuk TUHAN, Yahweh selain Dibata. Bahwa kata Bibata dalam bahasa karo itu sdh dipakai dalam penyembahaan sebelum masuknya kekeristenan ke Karo namun sekarang itu telah dipakai memaknai TUHAN = Dibata. Maka nama boleh sama tapi esensi berbeda. Contoh Dibata Karo, Debata =Toba. Dewata = Bali mungkin berasal dari satu sumber pembawa ajaran yang sama pada awalnya (jauh sebelum kekeristenan masuk ke Karo). Tapi pemakaian sekarang sdh berbeda TUHANNYA ...kalau di Bali kalau ndak salah artinya dewa-dewa/banyak tuhan, maka kalau ada orang berdoa dan berkata DEBATA atau DIBATA itu belum tentu TUHAN kita yang dikenal bangsa Israel sebagai YHWH. Sama  halnya God itu beda arti saat oleh Islam inggris dengan Hindu Inggris dan Kristen Inggris...............Allah yang mana is God? maka dalam  hal-hal sepeti ini lebih baik mengacu kepada aslinya, atau pangil saja dalam NAMA YESUS yang sdh lebih spesifik dan baru............

No comments: