Cuci Otak, Biochip dan Nama Yesus
Disaat dunia pengetahuan membahas mengenai biochip, memanfaatkan DNA sebagai rangkaian sensor untuk menciptakan solusi dari berbagai hal penyakit seperti syaraf, menanamkan memory baru agar lebih pintar hingga keurusan spionase, tapi Indonesia malah disibukkan dengan urusan cuci otak yang terkait dengan kejahatan. Apakah ini terkait dengan pembodohan secara global bangsa Indonesia?
Belakangan ini banyak kasus hal pencucian otak. Secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa otak dicuci dengan memberikan kejutan pada jiwa sehingga merangsang kekawatiran dan membuat pikiran menjadi terfokus kepada hal tertentu. Dalam kondisi seperti ini otak akan merespon “informas/doktrin/ajaran/pengetahuant” sebagai masukan data baru. Juru selamat yang diinformasikan itu menjadi terkondisi dalam otak. (pendapat pribadi).
Kemaren sebuah seminar mengenai bio-chip, ini merupakan bagian dari bio sensor DNA yang sedang berkembang saat ini. Dengan alat biosensor dapat digunakan dalam membantu meningkatkan kerja syaraf yang ditanam pada otak tikus sebagai bahan percobaan. Walaupun masih dalam tahap ujicoba namun menurut penyaji dengan bio chip dalam otak tikus itu dapat diamati perubahan prilaku tikus itu terhadap sebuah respon. Saat itu ditunjukkan bahwa tikus itu tidak langsung sembunyi saat dikejutkan dengan suara, tapi malah melihat kekanan kekiri walaupun akhirnya lari juga kelubang yang telah disediakan sebagai percobaan. Dalam contoh ini bahwa teknologi dan perkembangan seharusnya membuat manusia semakin pintar dan bijaksana bukan malah melakukan tindakan pembodohan, seperti yang terjadi cuci otak di Indonesia.
Sebuah diskusi di blog tetangga mengatakan cuci otak tidak dapat menghasilkan hasil yang sama pada setiap orang. Penjahat misalnya akan sulit dicuci otak menjadi langsung berubah baik, contoh lain tawanan perang yang dicuci otaknya juga hasilnya tidak selalu sesuai dengan apa yang diinginkan. Pencucian otak juga berlaku di bisnis marketing, dengan menyampaikan tawaran dan rangsangan agar membeli produknya. Juga kepada prilaku seks dan sebagainya.
Namun menurut diskusi itu, yang menjadi masalah adalah mencuci otak manusia sehingga mereka melakukan kejahatan. Apakah ini melamgar hukum? Mereka mengatakan bahwa selama teknik pencucian otak tidak melangar hak asasi dan kebebasan manusia itu tidak melangar hukum. Kata mereka agamalah yang paling banyak melakukan pencucian otak selama ini, agama dengan doktin mengkondisikan logika menjadi dimensi iman. Namun dalam arti bahwa agama melakukannya demi kepentingan yang bisa saja menyimpang seperti banyak terjadi dimana-mana.
Indonesia dengan berbagai tayangan hipnotis dan sejenisnya juga secara tidak langsung mengajarkan hal-hal negatif akan pemahaman cuci otak, Paling tidak sejumlah orang pasti termotivasi untuk mempelajari melakukan hipnotis dan sejenisnya, semua itu jika disalah gunakan dapat menghasilkan kejahatan. Secara tidak langsung Indoneisa dengan tayangan-tayangan yang aneh telah “mencuci otak’ bangsanya dengan hal-hal yang tidak wajar, Karena hipnotis itu adalah tindakan yang tidak wajar bahkan haram, menurut sumber tertentu. Apalagi ditengah moral bangsa yang merosot saat ini maka cuci otak akan mudah dilakukan.
Dalam kekeristenan manusia terdiri dari Roh, Jiwa dan Tubuh: berdasarkan fungsinya jiwa adalah untuk berpikir, untuk melogikakan sesuatu. Produk jiwa, adalah semangat, keinginan, kehendak, emosional. Semangat untuk menjadi kaya, untuk menjadi lebih hebat. Moral adalah produk jiwa yang netral, karena dengan moral manusia akan berpikir input =output, minimal balancelah.
Jiwa dalam arti logika itu dapat diubahkan dengan cara menanamkan hal-hal yang khusus dengan tujuan khusus pula. Logika mati masuk surga, itu bukan logika, itu iman. Logika hidup untuk melayani, menolong orang dan mengasihi musuh, itu bukan logika jiwa itu perbuatan rohani. Artinya Jiwa dapat diarahkan kepada pengaruh roh, atau tohani, sehingga tidak melulu menggunakan akal. Produk jiwa akan dihasilkan dengan tindakan, dan tindakan itu tentunya seharusnya positif jika jiwa diisi dengan hal yang positif dan negatif jika sebaliknya.
Roh yang mempengaruhi jiwa akan mengubah cara berpikir manusia yang jiwa melulu, namun tentunya dengan roh yang benar, dan jika seorang bersekutu dengan ROH SATAN, maka produk jiwanya adalah seperti setan. Pengajaran jiwa sangat rentan akan mudah distir kearah kejahatan karena jiwa sangat terkait dengan harga diri dan kebencian.
Dalam kekeristenan diajarkan bahwa nama Yesus berkuasa, oleh karena itu banyak orang percaya yang menyerukan nama Yesus ketika menghadapi banyak hal. Kuasa nama Yesus ini sudah lebih bersifat mengabungkan antara jiwa dengan roh/rohani. Dalam pengajaran kekeristenan bahwa manusia dapat dengan mudah mengalahkan keinginan jiwa dengan kembali kehatinya. Jiwa/pikiran yang sedang emosional dapat dengan mudah dikendalikan. hal ini dapat dibaca pada link ini.
Perlu dilakukan penelitian akan hal cuci otak yang dilakukan di Indonesia dengan melakukan seperti apa yang disarankan oleh keyakinan dengan kembali kehati dan menyeru nama Tuhan. Menurut keyakinan penulis cuci otak yang dilakukan dengan cara-cara di Indoneisa tidak akan berhasil jika seorang melawannya dengan meletakkan pikiran kehati dan menyeru nama Tuhan (Yesus kalau ia Kristen).
Cuci otak adalah proses dengan logika dan logika yang dikondisikan, ini melulu tindakan jiwa tidak ada rohani dalam melakukan cuci otak. Pemahaman akan cuci otak oleh agama tertentu bisa saja menyimpang dan bukan lagi menanamkan kebenaran namun hal-hal yang menyimpang/error. baca link ini hal agama teroris. Dalam hal ini tentunya yang perlu dicermati bahwa jika orang sampai mengalami cuci otak, seharusnya dapat dikembalikan kembali ke nol dan direhabilitasi. Disisi lain istilah “cuci otak” dapat juga menjadi hal yang positif, dengan mencuci otak dengan kebenaran dan kebaikan dehingga yang di hasilkan adalah produk-produk KASIH.
Jika banyak orang yang dapat dengan mudah mengalami cuci otak, berarti fenomena cuci otak itu sesunguhnya telah menjadi bagian dari hidupnya sedari muda, dan bisa saja cara pengajaran dengan model cuci otak ini harus dievaluasi karena ternyata memiliki kelemahan. Namun didalam pengajaran kekeristenan dikatakan bahwa dimana ada Roh Tuhan disana ada KEMERDEKAAN dalam arti bahwa penanaman akan firman Tuhan kepada seorang manusia membuat dia merdeka karena dia didalam Tuhan tentu saja kemerdekaannya itu sama dengan Keinginan Tuhan, yatu membawa damai dan suka cita. Jadi sesunguhnya ‘Cuci otak” dapat berlaku positif atau negatif dan penekanan dan tujuannya juga dapat sangat berbeda.
No comments:
Post a Comment